IDENTIFIKASI ENTEROBACTER
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bakteri adalah organisme yang
paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang
lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan
dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada
pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot
serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).
Mikroorganisme
dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari kemampuannya
menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang berkisar
dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari
makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat
makanan tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia
dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang penyakit
melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai
keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan
berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada
perbenihan biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada
beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi),
tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa”
bakteri (Brooks, dkk 2005).
Bakteri
adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat
melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting dalam kehidupan
yaitu dapat menguraikan makhluk hidup. Bisa kita bayangkan jika seandainya
tidak ada makhluk hidup yang dapat menguraikan maka dunia ini akan penuh dengan
timbunan pepohonan, dedaunan dan makhluk hidup karena tidak adanya proses
penguraian oleh makhluk kecil ini.
Bakteri terdapat ditempat dimana manusia
hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga
terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga
mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan yang terbuka
dan dianggap sebagai flora normal.
Tapi
kadang-kadang pula dalam keadaan tertentu, misalnya pada saat daya tahan tubuh
lemah bakteri komensal maupun bakteri mutualistik bisa menimbulkan penyakit.
Bila suatu jenis bakteri dilihat dengan mikroskop akan tampak jelas dengan
melalui proses pewarnaan. Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan satu atau
lebih zat warna. Pewarnaan bakteri dengan menggunakan lebih dari satu zat warna
diberi nama sesuai dengan penemunya.
Enterobacter
termasuk dalam family Enterobactericeae
yang merupakan kelompok gram negative berbentuk batang yang habitat umunya adalah
di usus manusia dan hewan. Enterobacter
satu family dengan E.coli, Klebsiella,
Salmonella, Shigella, Proteus, dan sebagainya. Pada keadaan tertentu jika
terjadi perubahan pada inang atau bila kesempatan memasuki tubuh yang lain,
banayak diantara bakteri ini yang mampu menimbulkan penyakit (Irianto,2006).
Enterobacter merupakanflora normal pada sistem pencernaan
manusia dan hewan. Bakteri ini tidak akan menimbulkan penyakit jika tidak bergabung dengan jenis bakteri lain. Ini
disebabkan bakteri Enterobacter bukan
penyebab tunggal munculnya suatu penyakit. Salah satu spesies dari Enterbacter yang menimbulkan penyakit
bagi manusia adalah Enterobacter sakazaki.
Enterobacter
sakazakii bukan merupakan
mikroorganisme normal pada saluran pencernaanhewan dan manusia. Habitat
asli bakteri Enterobacter sakazakii tidak
diketahui secara pasti, sehingga disinyalir
bahwa tanah, air, sayuran, tikus, dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat
ditemukan di beberapa lingkungan industry makanan pabrik susu, coklat, kentang,
sereal, danpasta), lingkungan berair,
sedimen tanah yang lembab. Beberapa bahan makanan yang berpotensi terkontaminasi
Enterobacter sakazakii antara
lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susububuk.
Proses pencemaran
terjadinya kontaminasi Enterobacter
sakazakii pada susu dapat dimulai ketikasusu diperah dari putting
sapi. Lubang putting sapi memiliki diameter kecil yang memungkinkan
baketritumbuh di sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawa dengan susu ketika
diperah. Meskipun demikian, aplikasiteknologi
dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesin
pemerah susu,sehingga susu yang keluar dari putting tidak mengalami kontak
dengan udara.Pencemaran susu oleh mikroorganisme lebih lanjut dapat
terjadi selama pemerahan (milking ),penanganan
(handling ), penyimpanan (storage), dan aktifitas pra-pengolahan
( pre-processing ). Produksisusu
memerlukan proses yang steril dari awal samapi akhir, sehingga bakteri tidak
dapat tumbuh danberkembang dalam susu. Peralatan pemerahan yang tidak
steril dan tempat penyimpanan yang tidakbersih
dapat menyebabkan tercemarnya susu oleh bakteri. Susu memerlukan penyimpanan
dalamtemperature rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Udara
yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat pengolahanmerupakan media yang dapat membawa bakteri untuk
mencari susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan
di dalam ruangan tertutup. Manusia yang beradadalam proses pemerahan dan
pengolahan dapat menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangandan anggota tubuh lainnya harus steril dalam
memerah dan mengolah susu. Sapi perah dan peternak yangberada dalam suatu
peternakan harus dalam kondisi sehat dan bersih agar tidak mencemari susu.
Prosesproduksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan good
farming practice seperti yang diterapkandi negara-negara maju.
Antisipasi dari berbagai penelitian dan pengalaman di
beberapa negara tersebut sebenarnya WHO(World Health Organization), USFDA (United State Food and Drug
Administration) dan beberapa negaramaju
lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk
komersial yang steril. Sedangkan susu formula cair yang siap saji, dianggap
sebagai produk komersial yang steril karena denganproses pemanasan yang cukup.
Sehingga di bagian perawatan bayi NICU , USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian susu bayi
formula cair siap saji untuk penderita bayi prematureyang rentan terjadi
infeksi. Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi risiko
infeksitersebut adalah cara penyajian yang
baik dan benar. Diantaranya adalah
menyajikan susu hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya untuk setiap kali minum untuk mengurangi kuantitas dan waktu susuformula
terkontaminasi dengan udara kamar. Meminimalkan waktu antara kontak susu dengan
udarakamar hingga saat pemberian. Waktu
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 4 jam. Semakin lamawaktu
tersebut akan meningkatkan risiko pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut.
Hal lain yangpenting diperhatikan adalah memperhatikan dengan baik dan
benar cara penyajian susu formula bagi bayi,sesuai instruksi dalam kaleng atau sesuai petunjuk umum. Petunjuk umum
cara penyajian susu formulayang baik adalah dianjurkan menggunakan air
yang dimasak sampai mendidih dan biarkan air selama 10-15 menit agar suhunya turun
menjadi tidak kurang dari 70˚C. Bayi yang disusui ASI (asi eksklusif)
tidakpernah terkontaminasi Enterobacter
sakazakii . Penelitian yang ada
hanya menyebutkan bahwa 50-80%kasus kontaminasi Enterobacter sakazakii terjadi karena susu formula bubuk.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1
Maksud
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri
Enterobacter dalam sampel yang
digunakan yaitu urine. Selain itu, praktikum juga dimaksudnkan untuk mengetahui
jenis dari bakteri Enterobacter dalam
sampel.
1.2.2
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan
mengidentifaki bakteri Enterobacter dalam
urine dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Enterobacter
Enterobacter
sp. merupakan
salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam family Enterobactericeae bersama dengan Shigella, Salmonella, Klebsieell, Proteus, E.coli dan sebagainya. Habitat
umum dari bakteri ini adalah di usus manusia dan hewan. Beberapa spesies dari Enterobacter yaitu Aerogenes Enterobacter, E. amnigenus, E. asburiae, E.
cancerogenus, E. cloacae, E. cowanii, E. dissolvens, E. gergoviae, E.
hormaechei, E. intermedius, E. kobei, E. nimipressuralis; E. pyrinus , E.
sakazakii,.
Bakteri Enterobacter merupakan patogen
nosokomial oportunistik yang menyebabkan lebih banyak infeksi termasuk sampai
dengan 5% dari septicemias didapat di rumah sakit, 5% dari pneumonia
nosokomial, 4% dari infeksi saluran kemih nosokomial, dan 10% dari kasus
peritonitis pascaoperasi (daftar dari Hoffmann dan Roggenkamp 2003 ). Bakteri ini juga memiliki
beberapa kegunaan bagi manusia, namun, misalnya,Enterobacter cloacae digunakan dalam kontrol
biologis penyakit tanaman (Anaesthetist)
Pencemaran
limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah
mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang
berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan
tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera (Shuval, 1986).
Infeksi pada luka
mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam),
dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan
nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan
antibiotic sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat
melalui kultur organisme pada media laboratorium standar (Jawetz, dkk. 2005).
2.2
Klasifikasi Enterobacter
Kingdom : Bakteri
Divisi :
Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Ordo :
Enterobacteriales
family : Enterobactericea
Genus : Enterobacter
Spesies : Aerogenes
Enterobacter, E. amnigenus, E. asburiae, E. cancerogenus, E. cloacae, E.
cowanii, E. dissolvens, E. gergoviae, E. hormaechei, E. intermedius, E. kobei,
E. nimipressuralis; E. pyrinus , E. sakazakii,
2.3
Morfologi
Enterobacter merupakan genus umum Gram-negatif , anaerob
fakultatif , berbentuk batang ,-tidak membentuk spora bakteri dari keluarga
Enterobacteriaceae . Beberapa strain bakteri ini patogen dan menyebabkan infeksi
oportunistik di immunocompromised biasanya dirawat di rumah sakit) host dan pada mereka yang berada
pada ventilsi mekanik .
The kemih dansaluran
pernapasan adalah situs yang paling umum dari infeksi . The genus Enterobacteradalah
anggota dari coliform kelompok bakteri. Itu bukan milik coliform fecal (atau coliform tahan panas) kelompok bakteri, seperti halnya Escherichia coli , karena tidak mampu tumbuh pada 44,5 ° C dengan adanya garam
empedu. Dua spesies dari genus klinis penting ini adalah E. aerogenes dan E. cloacae
Bakteri Enterobacter yang motil, sel-sel
berbentuk batang, beberapa di antaranya dikemas. Mereka juga memiliki
flagela peritrichous. Sebagai anaerob fakultatif, beberapa bakteri Enterobacter memfermentasi glukosa
dan laktosa sebagai sumber karbon. Gas yang dihasilkan
dari proses metabolisme, tetapi mereka tidak menghasilkan hydrogen sulfida.
Enterobacter
cloacae A-11 dan bakteri lain yang terkait erat adalah
prototrofik, regangan glikolitik Enterobacter yang ditemukan pada
sejumlah benih yang berbeda dan tanaman.
Tidak Enterobacter genom bakteri telah
diurutkan, namun, beberapa gen telah dipelajari melalui mutan dan sarana lain
seperti itu. Misalnya, mutasi pada pfkA di Enterobacter cloacae menyebabkan perubahan
dari apa yang pertumbuhan yang cepat pada karbohidrat tertentu yang dideteksi
dalam eksudat benih pertumbuhan jauh lebih lambat pada karbohidrat lain, asam
amino, dan asam organik (Roberts et al. 1999)
2.4
Ekologi
Enterobacter dapat ditemukan pada kulit
manusia dan tanaman serta tanah, air, limbah, saluran usus manusia dan hewan,
dan beberapa produk susu (Health Canada). Namun, beberapa spesies Enterobacter, seperti Enterobacter sakazakii, patogen manusia oportunistik.
Enterobacter cloacae A-11 dan yang sejenis bakteri dapat ditemukan pada mentimun dan
lobak biji serta kacang polong, kedelai, bunga matahari, dan biji jagung manis.
2.5
Gejala Klinis
Beberapa gejala infeksi Enterobacter termasuk bakteremia,
infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi kulit, infeksi jaringan lunak,
infeksi saluran kemih, ISK, endokarditis, infeksi intraabdominal, septic
arthritis, osteomyelitis, dan infeksi mata. Mereka adalah patogen
oportunistik yang jarang menyebabkan penyakit pada orang yang sehat. Virulensi bakteri ini
tampaknya terutama disebabkan suatu endotoksin yang menghasilkan. Infeksi nosokomial adalah
jenis yang paling sering infeksi Enterobacter, tetapi infeksi diperoleh
masyarakat kadang-kadang diamati. Bakteri biasanya menginfeksi
orang-orang yang tinggal di rumah sakit, terutama pada ICU, untuk jangka waktu
yang lama serta orang-orang bagaimana telah menggunakan banyak agen
antimikroba, memiliki kondisi serius yang mendasarinya (misalnya: diabetes,
kanker, luka bakar, ventilasi mekanis, dll ), menggunakan perangkat asing
seperti kateter intravena, dan infeksi immunosuppression.These dapat dikontrak
endogen melalui kolonisasi kulit, saluran pencernaan, atau saluran kemih atau
eksogen dari "sifat mana-mana bakteri ini" (Sinave). Dalam banyak kasus, tangan
personil, solusi intravena, endoskopi, produk darah, perangkat untuk memantau
tekanan intra-arteri, dan stetoskop telah dianggap sumber untuk infeksi. (Sinave) Salah satu
spesies tertentu dari bakteri ini,Enterobacter sakazakii, terkenal karena
menyebabkan infeksi pada bayi yang diberi susu formula berbasis susu bertenaga. Bakteri, yang disebut
"kuning berpigmen Enterobacter cloacae" sampai tahun 1980, ketika
bertahan rumus bertenaga terkontaminasi dipanaskan dan siap. Karena telah menyebabkan
beberapa wabah infeksi di masa lalu, formula bayi kini secara efektif disaring
untuk E. sakazakii sebelum dijual. Infeksi yang disebabkan pada bayi adalah meningitis neonatal,
sepsis, dan necrotizing enterocolitis, tingkat fatalitas kasus dilaporkan
bervariasi 40-80% di antara bayi yang terkena infeksi bakteri ini (Health
Canada).
Sebuah
studi terbaru menunjukkan bahwa kehadiran
Enterobacter cloacae B29
dalam usus individu gemuk tdk sehat mungkin telah memberi kontribusi pada
pasien obesitas .Pengurangan
beban bakteri dalam usus pasien, dari 35% E. cloacae B29
ke tingkat tidak terdeteksi, dikaitkan dengan penurunan paralel dalam endotoksin beban
pada pasien dan secara bersamaan, penurunan yang signifikan dalam berat badan. [3] Selain
itu, strain yang sama bakteri, terisolasi dari pasien, yang disebabkan obesitas dan resistensi insulin di
suci hama tikus C57BL/6J yang diberi makan diet tinggi lemak. Studi
ini menyimpulkan bahwa E.cloacae B29
dapat menyebabkan obesitas pada
host manusia melalui suatu endotoksin diinduksi, peradangan -dimediasi
mekanisme.
2.6
Media Pembiakan
a)
Media Mac Conkay Agar (MCA)
Bakteri Enterobacter dapat tumbuh pada media MCA
dengan ukuran koloni besar-besar, berwarna putih sampai merah keruh, smooth,
cembung dan berbentuk bulat. Mucoid dalam 2 x 24 jam.
b) Media
Blood Agar Plate (BAP)
Bakteri
Enterobacter pada media BAP membentuk
koloni sedang-besar, sedikit cembung, smooth dan bulat. Koloni berwarna putih
sampai abu-abu. Tidak terbentuk zona disekeliling koloni yang menandakan tidak
terjadi hemolisis (anhaemolysis)
c) Uji biokimia
Uji biokimia dilakukan untuk melihat
karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa dilakukan
diantaranya:
·
TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)
Digunakan untuk identifikasi bakteri,
untuk melihat kemampuan meragi glukosa dan sukrosa atau laktosa. Media
TSIA merupakan salah satu media differensial, yaitu media yang digunakan untuk
membedakan suatu bakteri yang satu dengan yang lain berdasarkan kemampuannya
menghasilkan H2S, gas dan menfermentasikan gula-gula.
·
Fermentasi karbohidrat/gula-gula
Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan
kemampuan dari bakteri untuk menfermentasikan beberapa jenis gula-gula seperti
glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa.
·
MR/VP (methyl red /voges proskauer)
Uji ini dilakukan
untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan
produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem
buffer dan menentukan organism yang menghasilkan prosuk netral (asetil metal
karbinol atau aseton) dari hasil fermentasi glukosa
·
SIM(sulfur, indol, motility)
Uji ini untuk
mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H2S
·
Simon Citrate (SCA)
Uji ini dilakukan
untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.
NO
|
Media/test
|
E. cloacae
|
E. aerogenes
|
E. gergoviae
|
E. sakazaki
|
E. agglomerans
|
E. asbuniae
|
1
|
Fermentasi
glucose
|
+g
|
+g
|
+g
|
+g
|
+g/+
|
+
|
2
|
Fermentasi
lactose
|
+/(+)
|
+/(+)
|
+
|
+
|
-/(+)
|
+
|
3
|
Fermentasi
sorbitol
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+/(-)
|
+
|
4
|
Voger
Proskauer
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+/-
|
+/-
|
5
|
Lysine
decarboxylase
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Arginine
dihydrolysa
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
7
|
Ornithine
decarboxylase
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
8
|
Urease
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
9
|
Indol
|
-
|
-
|
-
|
-/+
|
-/+
|
-
|
10
|
Yellow
pigment
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+/-
|
-
|
2.7
Kerangka
Identifikasi
Inkubasi
18-24 jam/ 37˚C
|
MR/VP
|
SIM
|
Glukosa
|
SCA
|
UREA
|
Sukrosa
|
Manitol
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Inkubasi 18-24 jam/ 37˚C
|
BHIB
|
Sampel
|
Inkubasi 18-24 jam/ 37˚C
|
Tes Biokimia
dan Gul-Gula
|
Inkubasi 18-24 jam/37˚C
|
TSIA
|
MCA
|
BAP
|
BAB
III
METODE
KERJA
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
-
Objek Glass
-
Ose bulat dan ose
lurus
-
Lampu spiritus
-
Bak pewarnaan
-
Tabung reaksi
-
Mikroskop
-
Pipet tetes
-
Incubator
-
Korek gas
-
Tabung centrifuge
-
Centriguge
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
a) Reagen
-
Sampel urine
-
NaCl 0,9 %
-
KOH 10%
-
Safranin
-
CGV (Carbol
Gentian Violet)
-
Alcohol 96%
-
Lugol
-
Indicator methyl
red
-
α- naftol
-
covac’s
b)
Media
-
Media Brain Heart
Infusion Agar (BHIB)
-
Media Mac Conkay
Agar (MCA)
-
Media Blood Agar
Plate (BAP)
-
Media SIM (Sulfur
Indol Motility)
-
Media Urea
-
Media MR/VP
-
Media SCA (Simon
Citrat Agar)
-
Media Gula-gula
(glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan amnitol)
3.2
Pembuatan Media
1) Media Brain Heart Infussion Broth
(BHIB)
·
37
gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat sebanyak 20 tabung dengan ukuran 2
ml/tabung.
20 x 2 = 40
·
Ditimbang bahan media BHIB sebanyak
1,5 gram lalu dilarutkan dalam 40 ml aquades. Homogenkan.
·
Pipet media BHIB ke dalam tabung
sebanyak 2 ml/tabung. Kemudia tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas.
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C. setelah itu, masukkan dalam kulkas.
2) Media
Blood Agar Plate (BAP)
·
40 gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat
sebanyak 25 plate dengan ukuran 15 ml/plate.
25 x 15 = 375 =
400 ml
·
Timbang bahan media BAP sebanyak 8
gram lalu larutkan dengan aquades sebanyak 400 ml. Homogenkan.
·
Panaskan diatas kaki tiga menggunakan
lampu spirtus sampai dinding tabung bersih (media larut sepenuhnya).
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Setelah diautoclave diamkan sampai
suhu 40˚C, tambahkan dengan darah sebanyak 16 ml darah gol. O (100 ml : 1 ml
darah). Homogenkan.
·
Dalam keadaan masih panas tuang media
ke plate dengan volume 15 ml/plate. Biarkan sampai membeku lalu dibungkus dan
masukkan dalam kulkas.
3) Media
Mac Conkay Agar
·
50 gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat
sebanyak 15 plate dengan ukuran 15 ml/plate.
15 x 15 = 225 =
250 ml
·
Ditimbang media MCA sebanyak 12,5 gram
lalu larutkan dalam 250 ml aquades. Homogenkan.
·
Panaskan diatas kaki tiga menggunakan
lampu spirtus sampai dinding Erlenmeyer bersih (media larut sepenuhnya).
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Setelah diautoclave dalam keadaan
panas tuang media ke plate dengan volume 15 ml/plate. Diamkan sampai membeku
dan amsukka dalam kulkas.
4) Media
TSIA
·
65 gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat
sebanyak 25 plate dengan ukuran 5 ml/tabung
65 x 5 = 125 =
130 ml
·
Timbang bahan media TSIA sebanyak 8,4
gram lalu larutkan dengan aquades sebanyak 130 ml. Homogenkan.
·
Panaskan diatas kaki tiga menggunakan
lampu spirtus sampai dinding tabung bersih (media larut sepenuhnya).
·
Pipet TSIA kedalam tabung dengan
volume 5 ml/tabung. Tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas.
·
Autoclave selama 15 ment pada suhu
121˚C.
·
Setelah diautoclave, dalam keadaan
panas miringkan tabung sehingga terbentuk dasar dan lereng. Diamkan sampai
membeku dan masukkan dalam kulkas.
5) Media
Sulfur Indol Motility (SIM)
·
30 gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat
sebanyak 15 tabung dengan ukuran 2 ml/tabung.
30 x 2 = 60 ml
·
Ditimbang media bubuk SIM sebanyak
0,18 gram lalu larutkan dalam 60 ml
aquades. Homogenkan.
·
Panaskan diatas diatas kaki tiga
menggunakan lampus spiritus sampai dinding Erlenmeyer bersih.
·
Pipet kedalam tabung dengan volume 2
ml/tabung. Tutup tabung dengan kapas dan bungkus dengan kertas.
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Setelah diautoclave tunggu sampai
media SIM membeku dan masukka dalam kulkas.
6) Media
MR/VP
·
17 gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat
sebanyak 30 tabung dengan ukuran 2 ml/ tabung.
30 x 2 = 60 ml
·
Ditimbang media bubuk MR/VP sebanyak
1,02 gram lalu dilarutkan dalam 60 ml aquades. Homogenkan.
·
Pipet kedalam tabung dengan ukuran 2
ml/tabung. Tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas.
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Setelah diautoclave, pisahkan antara
MR dan VP. Masukkan dalam kulkas.
7) Simon
Citrat Agar (SCA)
·
30 gram dalam 1000 ml aquades. Dibuat
sebanyak 15 tabung dengan ukuran 2 ml/tabung.
15 x 2 = 30 ml
·
Ditimbang medida SCA sebanyak 0.09
gram lalu dilarutkan dalam 30 ml aquades.
Homogenkan.
·
Panaskan diatas kaki tiga menggunakan
lampu spirtus sampai dinding Erlenmeyer sampai bersih (larut seluruhnya).
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Setelah di autoclace miringkan SCA.
Tunggu sampai membeku dan masukka dalam kulkas.
8) UREA
·
Akan dibuat sebanyak 15 tabung dengan
ukuran 2,5 ml/tabung.
15x2,5 = 37,5 =
40 ml
·
Sterilkan semua alat yang akan
digunakan (Erlenmeyer, gelas arloji, batang pengaduk, sendok tanduk, gelas
ukur, tabung). Sterilkan pula aquades sebanyak 4 ml.
·
Pembuatan bacto agar :
15.gram dalam 900
ml aqudes. Dibuat sebanyak 36 ml.
·
Ditimbang bacto agar sebanyak 1,08 gram lalu dilarutkan
dalam 36 ml aquades. Homogenkan.
·
Panaskan diatas kaki tiga dengan lampu
spiritus sampai dinding Erlenmeyer bersih (larut sepenuhnya).
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Larutkan urea sebanyak dalam 4 ml
aquades yang telah disterilkan. Homogenkan.
·
Campur antara larutan urea dengan
bacto agar yang telah dibuat. Homogenkan.
·
Panaskan diatas kaki tingga dengan
lampu spirtus sampai dinding Erlenmeyer bersih.
·
Pipet UREA kedalam tabung dengan
volume 2 ml/tabung. Setelah itu miringkan tabung. Dan tunggu sampai membeku.
Masukkan dalam
kulkas.
9) Media
Gula-Gula
-
Glukosa
-
Laktosa
-
Sukrosa
-
Maltose
-
Manitol
Cara pembuatan :
·
1,2 gram dalam 1000 ml aquades. Akan
dibuat 15 tabung untuk setiap gula gula. Dengan ukuran 3 ml/tabung.
15 x 3 = 45
·
Pembuatan air pepton : 5 x 45 = 225 ml
Timbang bacto
pepton sebanyak 2,25 gram dan NaCl 1,17 gram. Larutkan bacto pepton dalam
aquades sebanyak 225 ml. homogenkan. Larutkan pula NaCl sampai larut
sepenuhnya.
·
Tetesi dengan NaOH sebanyak 4 tetes.
Setelah itu tetesi dengan indikato BTB sampai terbentuk warna biru tua.
Homogenkan.
·
Larutkan media gula-gula sebanyak 0,54
gram lalu larutkan dalam 45 ml air pepton. Homogenkan (volume untuk semua jenis
gula-gula)
·
Masukkan tabung durham dalam tabung.
Pipet gula-gula kedalam tabung. Bolak-balik tabung sampai tabung durham
tenggelam dan tidak terbentuk gas dalam tabung durham. Tutup dengan kapas dan
bungkus dengan kertas.
·
Autoclave selama 15 menit pada suhu
121˚C.
·
Setelah diautoclave masukkan dalam
kulkas.
3.3 Metode
Kerja
Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Proteus adalah sebagai berikut :
Hari pertama (I)
Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB
1) Masukkan sampel dalam tabung centrifuge.
Centrifuge selama 15 menit.
2) Buang supernatanya. Dengan menggunakan ose
steril ambil endapan pada tabung dan tanam di media alkali pepton.
3) Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.
Hari Kedua (II)
1) Lakukan pewarnaan gram
·
Ambil suspensi
bakteri pada alkali pepton
·
Buat sediaan pada
objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi sediaan.
·
Warnai sediaan
dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
·
Tetesi sediaan
dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
·
Lunturkan sediaan
dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
·
Tetesi sediaan
zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
·
Setelah preparat
kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.
2) Penanaman pada media selektif BAP dan MCA
·
Dengan menggunakan
ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB lalu goreskan dipermukaan media BHIB
dan MCA.
·
Incubator selama
18-24 jam dengan suhu 37˚C.
Hari Ketiga (III)
·
Lakukan Pewarnaan
gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MCA dan BAP
·
Penanaman pada
media TSIA. Dengan menggunakan ose lurus (nahl), tusuk media TSIA sampai dasar
tabung dan buat goresan pada daerah lereng.
·
Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam
incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
Hari keempat (IV)
·
Lakukan pewarnaan
gram dengan mengambil koloni dari media TSIA.
·
Penanaman pada
media biokimia dan gula-gula. Dengan koloni yang sama, ambil dan tanam pada
media biokimia (SIM, SCA, urea, dan MR/VP), dan gula-gula (glukosa, sukrosa,
maltose, manitol, dan laktosa)
Hari kelima (V)
Amati perubahan yang terjadi pada
media SIM, SCA, MR/VP, urea, glukosa, laktosa, maltose, sukrosa, dan manitol.
·
Untuk media SIM
tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.
·
Untuk media MR
ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
·
Untuk media VP
ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel
biokimia untuk menentukan jenis bakteri.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Hari kedua (II)
·
Terjadi
pertumbuhan pada media ditandai dengan adanya kekeruhan pada media BHIB
BHIB
|
·
Berdasarkan
pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan bakteri pada suspensi bakteri BHIB didapatkan
bakteri gram positif berbentuk basil dengan susunan monobasil.
Hari ketiga (III)
BAP
|
MCA
|
Lereng : acid (kuning)
Dasar : acid (kuning)
H2S : (-)
Gas : (+)
|
TSIA
|
Hari Kelima (IV)
a) Media Biokimia
MR
|
SCA
|
VP
|
SIM
|
UREA
|
b)
Media Gula-Gula
Glukosa : Positif (+)
Manitol : Positif (+)
Sucrose : Positif (+)
Laktosa : Positif (+)
maltosa : Positif (+)
|
4.2
Pembahasan
Hari kedua (II)
·
Terjadi kekeruhan
pada media BHIB yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
·
Bakteri berbentuk
bacil dan streptobacil. Bakteri berwarna ungu artinya bakteri mampu mengikat
zat warna utama yaitu CGV dan tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol
sehingga bakteri berwarna ungu.
Hari ketiga (III)
·
Mac Conkay
Agar : koloni bakteri besar-besar,
berwarna putih sampai merah keruh, bulat dengan elevasi cembung, smooth,
bersifat mucoid.
·
Blood Agar
Plate :koloni bakteri berukuran sedang,
berwarna abu-abu, cembung, smooth dan tidak terbentuk zona disekeliling koloni
(anhaemolytis)
Hari keempat (IV)
Hasil pada penanaman di media TSIA :
·
Terjadim
perubahan warna pada seluruh bagian media, baik dasar maupun lereng. Hal
tersebut menandakan bahwa bakteri mampu menfermentasikan semua gula-gula dalam
media (glukosa, laktosa dan sukrosa) sehingga terbentuk suasana asam.
·
Tidak ada endapan
hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki enzim
desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino
dengan gugus samping –SH sehingga akan menghasilkan H2S yang
bereaksi dengan FeSO4 dan membentuk endapan hitam FeS.
·
Adanya ruangan
kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri mampu menghasilkan gas. Pada
media ini gas bersifat positif karena
terbentuk gas.
Hari kelima (V)
·
Gula-gula
Hasil positif didapatkan pada semua jenis gula-gula
yang digunakan yaitu glukosa, sukrosa, laktosa, maltose dan manitol. Hasil
positif ditandai dengan adanya perubahan warna indicator yang terdapat dalam
media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan
karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula
tersebut berupa produk asam. Selain perubahan warna, bakteri juga mampu
menghasilkan gas.
·
SIM :
-
S (sulfur) : Bakteri tidak menghasilkan sulfur. Hal ini ditandai dengan tidak terbentuknya endapan hitam pada media, karena bakteri tidak ini mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung
dalam media SIM.
-
I (indol) :
Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini
ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin
merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan
hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's.
Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan
asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh
Indol negatif sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai
sumber carbonnya.
-
M (motility) :
Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar
tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media
yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini
menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
·
MR : setelah
ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi kuning. Berarti
tidak terjadi fermentasi asam campuran
(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
·
VP : setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %,
warna media mengalami perubahan. Ini disebabkan bakteri mampu memfermentasikan
butanadiol oleh bakteri.
·
Urease : hasil yang
didapatkan adalah negatif sebab tidak terjadi perubahan warna (tetap berwarna
kuning). Artinya bakteri tidak dapat menghidolisis urea yang membentuk ammonia
dengan perubahan warna merah muda karena
adanya indicator phenol red.
· Simmon’s Citrate
didapatkan hasil positif (+), sebab terjadi
perubahan warna pada media dari
warna hijau menjadi biru. Ini disebabkan
bakteri Enterobacter merupakan salah
satu spesies yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang diperlukan untuk metabolisme dengan menghasilkan suasana
basa.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil identifikasi dan isolasi yang telah dilakukan (pewarnaan, pembiakan,
uji differensial, uji biokimia dan gula-gula) pada sampel urine ditemukan
bakteri Enterobacter cloacae.
5.2 Saran
Tubuh manusia
merupakan media pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri yang paling baik.
karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber penularan penyakit yang
paling besar.
Pada proses
identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi.
Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker,
handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam
proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa
tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu,
sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan lingkungan.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa
ditanggulangi.
nice.., sangat membantu :)
BalasHapusmana daftar pustakanya.
BalasHapus