IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah  biologiku.com).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada  beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa” bakteri (Brooks, dkk 2005).
Bakteri  kelompok Staphylococcus  sp. merupakan bakteri gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat system imun menurun maka  bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh baik melalui mulut, inhalasi,maupun penetrasi kulit. Jika bakteri ini masuk ke  dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya  maka akan merusak organ-organ tubuh tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya Staphylococcus aureus dapat menyebabkan  penyakit infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, meningitis, endocarditis, pyelonephritis, dan osteomyelitis (Entjang, 2003).
Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan/ sampel, yang wujudnya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan penyakit tersangka (Departemen Kesehatan R.I, 1989).
Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah.
Salah satu hal yang sering dilakukan petugas laboratorium adalah pemeriksaan bakteri, dimana salah satu tahapannya adalah perbenihan bakteri. Tujuan dari perbenihan bakteri antara lain untuk mencari bakteri penyebab suatu penyakit, mencari obat yang dapat mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, mempelajari sifat-sifat bakteri lebih mendalam dari setiap jenis bakteri, serta untuk pembuatan antibiotic.





1.2   Maksud dan Tujuan
1.2.1        Maksud
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri Staphylococcus sp. dalam sampel yang digunakan yaitu swab mata. Selain itu, praktikum juga dimaksudnkan untuk mengetahui jenis dari bakteri Staphylococcus sp. dalam sampel.
1.2.2        Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifaki bakteri Staphylococcus sp. dalam swab mata dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Klasifikasi Staphylococcus sp.
Ordo             : Eubacteriales
Family          : Micrococceae
Genus           : Staphylococcus
Spesies         :  Staphylococcus aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus

2.2  Morfologi
Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1 µm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga tampak dalam  biakan cair. Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora. Dibawah pengaruh obat seperti penisilin, Staphylococcus mengalami lisis (Brooks, dkk, 2005).
Staphylococcus adalah bakteri coccus gram positif, yang cenderung muncul bergerombol menyerupai seikat anggur. Nama Staphylococcus berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata staphyle dan kokkos, yang masing-masing berarti ’seikat anggur’ dan ’buah berry’. Kurang lebih terdapat 30 spesies Staphylococcus secara komensal terdapat di kulit dan membran mukosa; beberapa diantaranya dapat bersifat patogen oportunis menyebabkan infeksi pyogenik (Quinn,dkk,2002).

2.3  Biakan Identifikasi
Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobic atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur37ºC namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperature kamar (20-35ºC). Media yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Soemarno, 1962);
1)         Nutrient Agar (NA)
Biasanya koloni Staphylococcus yang tumbuh pada media ini berwarna putih sampai kuning, smooth, tumbuh subur dan memiliki elevasi yang datar atau keping.
2)         Blood Agar Plate (BAP)
Koloni Staphylococcus yang tumbuh pada media agar darah berukuran sedang-besar, smooth, memiliki elevasi datar atau keping, haemolytis atau anhaemolytis. Pada umumnya koloni Staphylococcus berwarna putih sampai kuning, tetapi ada beberapa spesies yang memberikan warna tersendiri, koloni Staphylococcus aureus berwarna kuning emas, koloni Staphylococcus citreus berwarna kuning jeruk, sedangkan koloni Staphylococcus albus berwarna putih.
3)         Manitol Salt Agar (MSA)
Koloni yang tumbuh berukuran kecil-sedang , smooth, koloni berwarna kuning dengan zone yang berwarna kuning juga.
4)      Uji biokimia
Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa dilakukan diantaranya:
·         TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)
Digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat kemampuan meragi glukosa dan sukrosa atau laktosa.
·         Fermentasi karbohidrat/gula-gula
Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan dari bakteri untuk menfermentasikan beberapa jenis gula-gula seperti glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa.
·         MR/VP (methyl red /voges proskauer)
Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer dan menentukan organism yang menghasilkan prosuk netral (asetil metal karbinol atau aseton) dari hasil fermentasi glukosa
·         SIM(sulfur, indol, motility)
Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H2S
·         Simon Citrate (SCA)
Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon


2.4   Gejala Klinis
Di alam, bakteri ada di mana-mana. Pada tanah, air dan pada debu-debu di udara. Pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas sebagai penghuni tetap (flora normal) yang sewaktu-waktu dapat masuk ke dalam jaringan tubuh bila kulit luka atau daya tahan tubuh menurun (dr. Indan, 2003).
Staphylococcus sp merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara mikroorganisme yang tidak berspora, tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15 menit.
Staphylococcus sp. dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksinya akan lebih berat bila menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes melitus, luka bakar dan AIDS.
Staphylococcus sp khususnya S. epidermis adalah anggota flora normal pada kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal. Pengidap (carrier) S. auereus pada nasal adalah sebanyak 40-50 % dari populasi. Staphylococcus juga ditemukan pada pakaian, sprei, dan benda lain di linkungan manusia (Brook, dkk, 2005).
Pada Staphylococcus aureus dapat menyebabkan  infeksi pada folikel rambut, kelenjar keringat, luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis, osteomyelitis dan pneumonia. Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan nosocomial infections pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit. Pada Staphylococcus pyogenes penyakit yang ditimbulkannya antara lain sepsis puerperalis (sepsis pada masa nifas), tonsilitis, acute glomerulonephrytis, pharyngitis, peritosillar abses, otitis media, pneumonia dan peritonitis (dr. Indan, 2003).
Kemampuan patogenik Staphylococcus aureus tertentu  merupakan gabungan efek factor ekstraseluler dan toksin serta serta sifat invasive strain tersebut. Salah satu akhir spectrum penyakit oleh Staphylococcus adalah keracunan makanan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung enterotoksin, sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakteremia Staphylococcus dan abses yang tersebar di semua organ.
Staphylococcus saprophyticus dapat  menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Jawetz, dkk, 2007).

2.5  Antigen
Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein seperti zat lain yang penting dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang bergabung memberikan eksoskeleton yang kaku dari dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap lisozim. Ini penting dalam pathogenesis infeksi:  Infeksi akan merangsang pembentukan interleukin-1(pirogen endogen) dan antibody opsonin oleh monosit; dan ini dapat menjadi penarik kimiawi bagi lekosit polimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti endotoksin dan mengaktivasi komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan polimer gloserol atau ribitol fosfat, diikat kepeptidoglikan dan dapat menjadi antigenic Antibodi asam inti anti teikoat yang dapat di deteksi melalui difusi gel dapat ditemukan pada pasien dengan endikarditis aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S. aureus yang bias mengikat kebagian Fc molekul IgG kecuali IgG3. Meskipun IgG terikat pada protein A, namun fragmen Fab tetap bias bebas berikatan dengan antigen spesifik.
Beberapa galur S. aureus mempunyai kapsul yang menghambat fagositosis oleh lekosit polimorfonuklear kecuali jika terdapat antibody spesifik. Sebagian besar galur S. aureus mempunyai koagulase atau factor penggumpalan pada permikaan dinding sel; ikatan koagulase secara non enzimatik pada fibrinogen, menyebabkan agregasi pada bakteri.
Bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan pada medium Blood Agar Plate (BAP), Manitol Salt Agar (MSA). Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag (Arnas, 2009).

2.6  Kerangka Identifikas





















BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

-        Objek Glass
-        Ose bulat dan ose lurus
-        Lampu spiritus
-        Bak pewarnaan
-        Tabung reaksi
-        Mikroskop
-        Pipet tetes
-        Incubator
-        Korek gas


3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a)      Reagen

-          Sampel (swab mata)
-          NaCl 0,9 %
-          H2O2
-          Plasma Citrat
-          KOH 10%
-          Safranin
-          CGV (Carbol Gentian Violet)
-          Alcohol 96%
-          Lugol
-          Indicator methyl red
-          α- naftol

b)   Media

-          Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
-          Media TSB
-          Media BAP (Blood Agar Plate)
-          Media NA (Nutrien Agar)
-          Media MSA (Manit Salt Agar)
-          Media SIM (Sulfur Indol Motility)

-          Media Urea
-          Media MR/VP
-          Media SCA (Simon Citrat Agar)
-          Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan manitol)



3.2 Metode Kerja
Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Staphylococcus sp. adalah sebagai berikut :
*      Hari pertama (I)
Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB dan TSB.
1)      Cutton bath yang telah diusapkan pada sampel dimasukkan dalam media BHIB dan TSB.
2)      Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.      
*      Hari Kedua (II)
1)      Lakukan pewarnaan gram
·         Ambil suspensi bakteri pada BHIB dan TSB menggunakan ose steril.
·         Buat apusan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi sediaan.
·         Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
·         Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
·         Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
·         Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
·         Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.
2)      Penanaman pada media selektif BAP, MSA dan NA.
·         Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB atau TSB lalu goreskan dipermukaan media BAP, MSA, dan NA.
·         Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
*      Hari Ketiga (III)
·         Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MSA, BAP,  dan NA
·         Dari koloni yang sama diambil dengan menggunakan ose steril lalu diuji dengan plasma citrate. Koloni ditambahkan dengan plasma citrate (Natrium citrate 1 ml + darah 4 ml/dicentrifuge).
·         Dari koloni yang sama diambil dengan ose steril lalu dilakukan ter katalase. Tetesi objek glass degan H2O2 lalu tambahkan koloni dan homogenkan.
·         Penanaman pada media TSIA.
·         Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
*      Hari keempat (IV)
·         Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media TSIA.
·         Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan menggunakan ose lurus (nahl) ambil koloni bakteri pada TSIA dan tanam pada SIM, urea, MR/VP, SCA, glukosa, laktosa, sukrosa, maltose dan manitol.
·         Semua media yang sudah ditanami dengan bakteri di incubator selama 18-24 jam pada suhu 121˚C.
*      Hari kelima (V)
Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, MR/VP, urea, glukosa, laktosa, maltose, sukrosa, dan manitol.
·         Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.
·         Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
·         Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.













BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
*      Hari kedua (II)
·         Hasil penanaman pada media BHIB dan TSB





BHIB
 
 



·         Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense bakteri BHIB dan TSB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus yang bergerombol seperti anggur.










*      Hari ketiga (III)
  
NA
 
MSA
 
 


BAP
 
                         


Uji plasma coagulase

 
                            
Uji Katalase
 
 



*      Hari keempat (IV)

Lereng : alkali (merah)
Dasar   : acid (kuning)
H2S   : (-)
Gas   : (-) 

 
 






*     

Hari kelima (V)
Glukosa   : Positif (+)
Sukrosa   : Positif (+)
Laktosa   : Negatif (-)
Fruktosa : Positif (+)

 

UREA
 
MR
 
VP
 
SIM
 
 

4.2 Pembahasan
*      Hari kedua (II)
·         Terjadi kekeruhan pada media BHIB dan TSB yang memandakan adanya pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
·         Bakteri berbentuk coccus bergerombol yang artinya bakteri yang didapatkan adalah Staphylococcus. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena berwarna ungu, artinya nakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu mempertahankan warna ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol 96%.
*      Hari ketiga (III)
·         Media
a)      MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya menandakan bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah indicator yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
b)      BAP : koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai alternative.
c)      NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
·         Uji Plasma coagulase
Pada uji plasma coagulasi menunjukkan hasil positif sebab terdapat gumpalan pada saat mencampurkan koloni bakteri dengan plasma citrate.
·         Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba
Bakteri katalase positif seperti bisa menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, misalnya S. aureus, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri. Oleh karena itu, komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi. Pada tes ini, hasil yang didapatkan adalah posiitif.
*      Hari keempat (IV)
·         Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi warna kuning. Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa pada media sehingga terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak mengalami perunahan (tetap berwarna merah) . hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta suasana asam.
·          Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus samping –SH sehingga akan menghasilkan H­2S yang bereaksi dengan FeSO­4 dan membentuk endapan hitam FeS.
·         Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri mampu menghasilkan gas. Namun pada media ini gas bersifat negative karena tidak terbentuk gas.
*      Hari kelima (V)
·         Gula-gula
Hasil positif didapatkan pada glukosa, sukrosa, dan fruktosa dengan adanya perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam. Namun pada laktosa, tidak terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari laktosa tersebut.
                                                                           
·         SIM :
-          S (sulfur) : Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
·      I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
·      M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
·      Urease : hasil yang didapatkan adalah positif sebab terjadi perubahan warna dari warna kuning ke merah muda. Artinya bakteri dapat menghidolisis urea yang membentuk ammonia dengan  perubahan warna merah muda karena adanya indicator phenol red.
·         MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah (positif).  Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
·         VP :  setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan seperti pewarnaan gram, penanaman pada media selektif, penanaman pada media diffrensial, penanaman pada media biokomia dan gula-gula, tes plasma citrate dan tes katalase dapat disimpulkan bahwa bakteri yang terkandung dalam sampel swab mata yang diperiksa mengadung bakteri Staphulococcus aureus.
5.2 Saran
Tubuh manusia merupakan media pertumbuhan mirroorganisme seperti bakteri yang paling baik. karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber penularan penyakit yang paling besar. Meskipun bakteri Staphylococcus sp. termasuk dalam flora normal pada tubuh manusia buka berarti bakteri ini bisa diabaikan begitu saja. Pertumbuhan dan kondisis yang kurang baik akan membuat bakteri ini menjadi flora normal yang pathogen dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa ditanggulangi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IDENTIFIKASI KLEBSIELLA

IDENTIFIKASI PROTEUS